DelapanDetik.Com – Di tengah kesibukan dan padatnya aktivitas kuliah, kebutuhan akan layanan praktis semakin meningkat termasuk menjaga kebersihan sepatu. Hal ini menjadi inspirasi bagi pelaku usaha dan terciptanya tren bisnis cuci sepatu yang menjanjikan.
Salah satunya adalah Muhammad Fardan Arrizieq, mahasiswa Program Studi Akuntansi FEB UGM yang mengambil ceruk bisnis cuci sepatu.
Berawal dari melihat peluang dalam kebutuhan mahasiswa akan layanan cuci sepatu yang praktis dan terjangkau, Fardan mendirikan RockWashRepeat. Bisnis yang dijalankan tidak hanya menawarkan jasa cuci sepatu, tetapi juga memperhatikan pengalaman pelanggan secara mendalam.
Berawal dari Iseng
Ide RockWashRepeat bermula saat mahasiswa angkatan 2022 ini melihat teman-temannya sering kesulitan menemukan layanan cuci sepatu berkualitas di Yogyakarta. Melihat adanya potensi dan permintaan yang tinggi ini, ia bersama sang kakak memulai usaha kecil-kecilan sejak Januari 2023.
Awalnya, Fardan melakukan promosinya hanya dengan sebuah poster sederhana di Instagram. Namun siapa sangka, respon yang didapatkan justru sangat positif dari lingkungan sekitarnya. Hal itu semakin menguatkan tekadnya untuk menjalankan bisnis ini secara lebih serius.
“Awalnya hanya iseng-iseng untuk cek ombak ternyata banyak yang tertarik. Seminggu-dua minggu, orderan tetap konsisten bahkan sempat sampai kewalahan melayani permintaan,” ujar Fardan dalam segmen FEBerkarya Podcast FEB UGM baru-baru ini.
“Dari situ, saya mulai membangun RockWashRepeat dengan lebih terstruktur seperti membangun tim serta merekrut anggota baru,” imbuhnya.
RockWashRepeat menghadirkan berbagai pilihan layanan cuci sepatu yang dapat disesuaikan dengan jenis bahan, seperti kanvas, suede, atau kulit. Layanan ini juga mencakup pembersihan mendalam (deep cleaning), penghilangan warna kuning pada sol sepatu (unyellowing), hingga perbaikan khusus pada kerusakan sepatu.
Keunggulan yang membuat RockWashRepeat berbeda dari usaha sejenis lainnya adalah layanan pick-up dan delivery gratis untuk area UGM. Menurut Fardan, hal ini adalah salah satu daya tarik utama bagi mahasiswa yang menginginkan solusi praktis tanpa harus repot mendatangi tempat cuci sepatu.
“Melalui layanan antar-jemput gratis ini, kami berharap bisa memudahkan mahasiswa dengan memberikan kenyamanan dan efisiensi bagi mereka yang sibuk,” jelasnya.
Fardan mengungkapkan saat awal membangun bisnis cuci sepatu bermodalkan kurang lebih Rp 3 juta. Kini ia pun berhasil meraup keuntungan dari usaha dengan omset mencapai 8-10 juta setiap bulannya.
Sempat Tertekan
Menjalankan bisnis tidak semudah membalik telapak tangan. Fardan mengaku menemui berbagai tantangan saat menjalankan bisnis. Tantangan terbesar adalah menjaga standar kualitas layanan, menjaga kesan pertama, dan membangun kepercayaan pelanggan, terutama di lingkungan yang kompetitif seperti bisnis jasa.
“Penting untuk memberi impresi yang bagus di awal ke customer. Awalnya cukup pressure buat menuhin ekspektasi karena mereka pasti berekspektasi tinggi. Mereka percayakan sepatu mereka ke kami untuk dibersihkan,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan bahwa first experience customer menjadi hal yang sangat krusial terutama di bisnis jasa. Apabila pelanggan puas, otomatis mereka akan melakukan repeat order dan bisa merekomendasikan layanan tersebut ke relasinya.
Sebaliknya, jika pelanggan merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan, maka besar kemungkinan pelanggan tidak akan kembali.
Tantang lain yang Fardan hadapi selama menjalankan bisnis cuci sepatu ini adalah memastikan tim dapat sesuai standar. Ia pun melatih karyawan mulai dari nol dari cara mencuci yang benar sampai memastikan kualitas tetap sesuai standar.
Saat ini ia menjalankan bisnis di Kios Ngabean, Jl. Wahid Hasyim No.21-22, Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta diperkuat dengan empat karyawan. Ketika disinggung rencana perluasan usaha, Farhan mengungkapkan bahwa ia tengah fokus mengembangkan outlet yang ada. Kendati begitu kedepan tidak menutup kemungkinan untuk memperluas bisnis dengan membuka cabang baru.
Kunci Berbisnis
Fardan menjelaskan bahwa membangun sebuah bisnis bukanlah hal mudah. Tidak sedikit orang yang merasa kebingungan saat akan memulai berbisnis. Ia pun membagikan pengalamannya ketika awal memutuskan membangun RockWashRepeat adalah dengan berupaya peka terhadap keadaan sekitar.
“Cari problem-nya dulu, apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar kita, lalu kita tawarkan solusinya,” ujarnya.
Lalu ketika membangun sebuah bisnis, Fardan berpesan agar tidak langsung berorientasi pada uang. Sebab dalam berbisnis pasti akan menemui kondisi pasang-surut sehingga penting untuk fokus pada bagaimana cara bisnis bisa bertumbuh dan menjadi lebih besar lagi.
Konsistensi dalam menghadapi pasang surut bisnis dan membangun koneksi juga menjadi hal esensial yang perlu diperhatikan.
Fardan juga menekankan bahwa bisnis tidak selalu soal gengsi atau prestise. Menurutnya, ide yang sederhana pun bisa menjadi bisnis yang potensial, asalkan bisa menciptakan nilai dari bisnis tersebut. Ia percaya bahwa memiliki unique selling point dan memahami kebutuhan masyarakat adalah kunci agar bisnis bisa bertahan lama.
Selain itu, ia juga berpesan dalam menjalankan bisnis jangan pernah merasa aman dan nyaman meski bisnis yang dijalankan dalam keadaan stabil. Pebisnis harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
“Setiap harinya kita harus memunculkan sebuah pertanyaan dalam diri kita seperti whats next? what should I do tomorrow?,” ucapnya.
Fardan pun berpesan bagi teman-teman mahasiswa yang ingin memulai bisnis untuk jangan takut mencoba. Menurutnya, pengalaman langsung di lapangan sangat berharga karena hanya dengan terjun langsung seseorang bisa memahami seluk-beluk dan tantangan bisnis secara nyata.
“Kalau ide teman-teman sudah matang dan sudah ada persiapan yang baik, bisa langsung terjun membuat bisnis. Saya percaya bahwa tidak ada bisnis yang sekalinya dibuat langsung sukses dan besar. Ini membutuhkan proses panjang,” pungkasnya.